Sabar

 

Photo by John Mark Arnold


Mari bicara tentang sabar. Apa itu sabar? Menurut KBBI, artinya: tabah, tenang, atau tidak tergesa-gesa. Kata ini populer, terutama di kalangan: penerima curhat, orang lain, dan netizen. Kita tidak bisa menghitungnya karena diterapkan setiap ada momen yang tak terduga. 

Sadar atau tidak sadar, manusia berlatih sabar sejak kecil. Saya ambil contoh sederhana. Saat makan, saya menikmati lauk pauk. Sayur dan perkedel merupakan menu saat itu. Ketika ambil perkedel untuk kedua kali, kakak nyambar dan makan. Karena status saya sebagai adik, saya berusaha sabar. Menghela nafas, jangan ada satu kata keluar. Itu contoh dari rangkaian momen yang mempertanyakan seberapa sabar dalam menghadapi situasi tertentu.

Pernah tidak alami momen berikut: Ada beberapa orang yang memancing keributan karena kepuasan diri atau alasan lainnya. Mereka selalu mengganggu kita tanpa kenal waktu. Ketika kita mulai kehabisan stok kesabaran, kita marah. Mereka anggap kita "pemarah" dan menjauh. Sementara itu, orang lain yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi mengatakan "Sabar ya" ke kita.

Greget bukan?

Mereka tidak perduli berapa lama untuk charge kesabaran kita, lalu menguras demi keuntungan belaka dan pergi menjauh serta menyebarkan berita bahwa kita "buruk". Alhasil, kita recharge kembali sambil bertanya ke diri sendiri: "Apa aku tidak sabar? Seberapa sabar apa aku?" atau "Aku sudah tahan kok mereka anggap aku suka 'marah'?" 

 

Berdasarkan pengalaman pribadi, saya punya ritme sabar seperti ini:

[Ada yang ganggu]

1. Tenang

2. Tenang

[Semakin mengganggu]

3. Tidak begitu tenang

4. Tenang

[Gangguan bertambah, makin sering berdatangan]

5. Marah

[Mereka marah, lalu menjauh]

6. Tenang

7. Tenang

[Mereka menyebar peristiwa No. 5 saja ke orang lain]

8. Seterusnya tenang

 

Saya memiliki jatuh-bangun dalam hal ini. Lihat No. 3. Apa saya mulai goyah ketika ada gangguan? Iya. Cenderung menekan titik amarah. 

Dari situ, saya mempertahankan kestabilan dalam ketenangan. Mengapa demikian? Saya tidak menjawab gangguan tersebut. Hanya diam dan bersikap acuh. Sayang sekali, itu sasaran empuk buat mereka untuk melakukan lebih dari awal gangguan. 

Lanjut ke No. 5. Reaksi yang membuat mereka terkejut. Mereka marah balik. Hal tersebut membuat saya jadi ingin bertanya: "Kok marah? Bukannya kalian 'pemantik'?" Percuma, batu yang terlempar tidak memberitahu.

Lalu apa yang terjadi? Coba cek kalimat di bawah no. 7. Pembalasan selalu terjadi kapanpun.

Namun, pada akhirnya kembali ke kata "sabar". Sepertinya aku butuh memperpanjang batas kesabaran. Sabar, sabar, dan sabar.

Comments