Perjalananku di Tahun 2020

Tak ku sangka, tahun ini adalah badai ke-2 dalam hidup. Banyak hal yang membuatku kecewa sampai larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Semangat memudar, seringkali menatap kosong di langit kamar. Pagi bangun, siang sedih, sore sedih, malam tidur belum tentu nyenyak. Melihat sekitar, menutup pintu. Berlembar-lembar tisu menumpuk dan dibuang, kemudian terulang kembali.

 

Pandemi COVID-19 merebak di Tanah Air. Ia menjadi primadona. Setiap jam selalu menceritakannya. Ada yang percaya hingga ketakutan, ada juga yang masa bodo. Jumlah makin meningkat seiring virus cepat menyebar. 


Aku bukan tidak tenang karena COVID-19, melainkan hal lain. Berada di ambang ketidakpastian semakin mengacaukan pikiran. Benar, aku tidak pernah tenang. Selayaknya dikejar realita. Tidak ada yang mau berada di zona abu-abu, bukan? Bingung berujung sedih, perpaduan yang hampir membuat kepala "pecah". Tidak ada yang perduli. Tidak ada. Apa yang ada? 

Kenapa tidak dari dulu?

Lakukan ini! 

Lakukan itu!

Ayo lah! Ambil bagian yang sudah aku bilang! 

Maunya sekarang!

Segeraaaa!

Kurang lebih seperti ketikan di atas. Dari semua perkataan yang aku dengar, ada satu jawaban final yang tepat menggambarkan kondisi asli: Frustasi. Seakan mau keluar menuju padang rumput dan teriak sekeras-kerasnnya sampai tidak ada suara. Sangat mengguncang sukma. Lelah yang tak terlihat.


Di sisi lain, aku mulai melatih kemampuan menulis sejak Maret setelah sekian lama berhalangan karena adanya tugas. Iya, aku merasa bersalah sudah meninggalkan dunia kepenulisan mulai pertengahan hingga akhir tahun 2019. Aku bangkitkan kembali minat ini. Cerpen, puisi, senandika, pentigraf, skrip drama, sampai sinopsis cerita aku garap dengan kesungguhan. Walaupun pemula, bukan berarti aku jadi pemalu. Terus menulis. Kamar adalah spot rumah favoritku.

 

Tidak terasa sudah di penghujung tahun. Aku masih di sini dengan kegundahan. Entah berapa kali aku bertanya "Kapan lekas pulih?". Ah, ini dia! Aku ada peluang. Beritahu mereka, ditolak dengan beragam alasan bercampur keinginannya. Kembali merenung.


Tahun 2020. Penuh air mata. Penuh amarah. Penuh kecewa. Penuh keretakan. Penuh sabar.

 

Terima kasih, 2020. Kamu ajarkan aku untuk semakin bersabar dalam kehidupan.

Comments